KATA
PENGANTAR
Tiada
kata lain untuk menyampaikan terima kasih kepada Yang Maha Pengasih selain ucapan syukur atas segala karunia dan
kasih sayangNya sehingga penyusunan makalah ini bisa selesai dengan baik.
Adapun
pembuatan makalah ini disusun dari beberapa buku serta beberapa tambahan materi
dari internet dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Banyak sekali masalah
dan hambatan yang ditemui saat menyusun makalah ini, untunglah beberapa teman
sejawat melibatkan diri secara aktif dan bekerja keras untuk bisa menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini, secara khusus temen-temen yang setia mendampingi dengan setia
dalam memberi semangat, kiranya Tuhan berkenan mencurahkan berkatNya bagi
mereka.
Kami
menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnana makalah ini akan penulis terima dengan
senang hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Makale,
11 Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR
ISI ......................................................................................... ii
ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan
.................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Defenisi
............................................................................... 2
B. Etiologi
................................................................................ 2
C. Patofisiologi
........................................................................ 4
D. Manifestasi
Klinis ................................................................ 5
E. Penatalaksanaan
Medik ....................................................... 6
F. Pencegahan
.......................................................................... 7
G. Komplikasi
.......................................................................... 8
H. Diagnosa
Keperawatan ....................................................... 9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................... 10
B. Saran
.................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Psoriasis sangat mengganggu penderitanya, baik dari segi
penampilan atau fisik, maupun secara psikologis, dan pada akhirnya meurunkan
kualitas hidup penderitanya, sayangnya kelainan ini belum banyak diketahui
masyarakat meskipun penderitanya di Indonesia sudah begitu banyak dari berbagai
latar belakang soaial, usia, dan jenis kelamin.
Berdasarkan
perkiraan lembaga kesehatan dunia WHO jumlah penderita psoriasis di setiap
Negara di dunia mencapai 1-3% dari total jumlah penduduk di masinng-masing
Negara tersebut atau menurut relist jurnal yayasan penderita psoriasis di
Indonesia sebelumnya dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan
jumlah penderita psoriasis di Indonesia bisa mencapai 2-6 juta jiwa, seditnya
sekitar 800 orang yang telah terdata pada tahun 2010 di Yayasan Peduli
Psoriasis Indonesia dan saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 800 jiwa, angka
yang mencengangkan jika kita melihat jumlahnya namun itu hanya 0,025% dari
total jumlah penderita psoriasis di Indonesia dengan asumsi kira-kira 2% saja
atau sekitar 4 juta jiwa penderita psoriasis di Indonesia.
Sedangkan
total keseluruhan akumulasi dari 3 lembaga, YPPI, Depkes, yang berhubungan
dengan psoriasis dengan perkiraan 3000 jiwa dari perhitungan junlah penderita
atau jumlah yang terdata hanya sekitar 0,075%
B. Tujuan
Setelah
membacah makalah ini Mahasiswa di harapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien Psoriasis.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Psoriasis adalah penyakit kulit kronis yang ditandai oleh
pertukaran percepatan pertukaran sel-sel epidermis sehingga terjadi poliferasi
abnormal epidermis dan dermis (Muttaqin Arif, Sari Kumala, 2011).
Psoriasis
adalah satu penyakit kulit termasuk di dalam kelompok dermatitis
eritroskuamosa, bersifat kronik residitif dengan lesi berupa macula eritem
berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar berlapis, berwarna putih bening
sepeti mika, disertai fenomena teteasan lilin dan tanda Auspitz (Harahap
Marwali, 2003).
Psoriasis
adalah suatu penyakit peradangan pada kulit dimana penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi
pada bagian tubuh manan saja sehingga dapat menurunakan kualitas hidup
seseorang bila tidak dirawat dengan baik (Effendy, 2005).
B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui
diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik walaupun sebagian besar
penderita psoriasis timbul secara spontan namun pada beberapa penderita
dijumpai adanya faktior pencetus antara lain:
1.
Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekasa operasi, bekas vaksinasi dan sebagainya. Kemungkinan hal
ini merupakan mekanisme fenomena koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah
7-14 hari terjadinya trauma.
2.
Infeksi
Pada anak-anak trauma infeksi streptococcus hemolitikus sering menyebabkan
psoriasis gutala. Psoriasis juga timbul setelah infeksi virus tertent, namun
menghilangsetelah infeksinya sembuh.
3.
Iklim
Beberapa khasus cenderung menyembuh pada musim panas, namun pada musim
penghujan akan kambuh.
4.
Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada musim pubertas dan manapouse, psoriasis cenderung membaik
selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setekah
melahirkan. Kadang-kadang psoriasis
pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan
progesterone dosis tinggi.
5.
Sinar matahari
Walaupun umunya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun
pada beberapa penderita bagi sinar matahari yang kuat dapat merangsang
timbulnya psoriasis. Pengobatan foto kimia mempunyai efek yang serupa pada
beberapa penderita.
6.
Metabolik
Hipokalasemia dapat menimbulkan psoriasis.
Bedasarkana penelitian para dokter, ada beberapa hal
yang diperkirakan dapat memicu timbulnnya psoriasis, antara lain adalah:
a.
Garukan atau gesekan dan tekanan yang berulang-ulang,
misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh
terlalu sering pada saat berativitas. Bila psoriasis sudah muncul dan kemudian
digaruk atau dikorek maka akan mengakibtakan kulit bertambah tebal.
b.
Obat telan tertentu antara lain obat antihipertensi
dan antibiotic.
c.
Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit
d.
Emosi tidak terkendali
e.
Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa
panas dan kulit menjadi merah, misalnya mengandung alcohol.
C. Patofisiologi
Patogenesis
terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
a. Terjadinya
peningkatan turnover epidermis atau kecepatan pembentukanya dimana pada kulit
normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga
gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu
pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
b. Adanya
faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana
terdapat pemnyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada
tempat-tempat tertentu.
c. Perubahan-perubahan
biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
d. Peningktan
replikasi DNA
e. Berubahnya
kadar siklik nukleotida
f. Kelainan
prostaglandin dan prekursornya.
g. Berubahnya
metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan
kemudian terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit
akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan
menimbulkan bentukan peninggalan kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna
kemerahan tersebut berawal dari peningktan suplai darah untuk nutrisis bagi sel
kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin ( atau
sisik putih ) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan
pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner p henomenon. Terdapat minyak tipe dari
psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythro psoriasis.
Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut,
mauapun daerah penekanan lainya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di
daerah lain termasuk pada kuku telapak tangan genetalia wajah dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsy kulit psoriasis
menunjukkan adanya penebalan epidermis dan startum korneum dan pelebaran
pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel sel basal yang
bermitosis jelas meningkat. Sel sel yang membelah dengan cepat itu bergerak
dengan cepat kebagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi
sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan
diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningktan kecepatan
mitosis sel-sel epidermis ini agaknya anatara lain disebabakan oleh kadar
nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosisn monofosfat siklik dan
guanosin monofosfat siklik. Prostaglanadin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini peran setiap kelaina
tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak psoristik belum dapat
dimengerti secara jelas.
D. Manifestasi Klinik
Penderita
biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada
kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas dengan
stensor terutama siku dan lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri
atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuma diatasnya. Eritema
berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis kasara, dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomenan tetesan
lilin. Auspitz dan Kobner. Fenomena tetesan lilin ialah skauma yang berubah
warnanya menjadi putih dan goresan, seperti lilin digores. Pada fenomenaAspitz
serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma
pada kulit, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan psoriasis dan disebut
kobner.
Psoriasis
juga dapat memnyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail
atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Gejala psoriasis antara lain:
a. Mengeluh
gatal ringan
b. Bercak-bercak
eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
c. Terdapat
fenomena tetesan lilin
d. Menyebabkan
kelainan kuku.
E. Penatalaksanaan Medik
Sampai saat
ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik karena penyebabnya belum jelas dan
banyak faktor yang berpengaruh. Psoriasis sebainya diobati secara topical. Jika
hasilnya tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek
pengobatan sistemik lebih banyak.
a. Pengobatan
sistemik.
b. Kortikosteroid
(prednisone).
c. Obat
sitostatik (metroteksat).
d. Levodopa.
e. DDS
(diaminodifenilsulfon).
f. Etretinat
dan asitretein
g. Siklosporin.
h. Pengobatan
topical
Preparat yang dioleskan secara topical digunakan untuk
melembabkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan
lainya. Obat-obatanya mencakup:
a. Preparat
Ter,
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan shampoo rendaman terdapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatic yang
cepat . terapi ter dapat dikomendasikan dengan sinar ultraviolet-B yang
dosisinya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang
gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama ase terapi ini pasien
dianjurkan untuk menggunakan kaca mata pelindung dan melindungi matanya.
Pemakaian shampoo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid
dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.
Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan
menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu amdi.
b. Kortikosteroid
(senyawa fluor)
Dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi, bagian kulit ayng
diobati ditutup dengan kasa lembaran plastic oklusif untuk menggelakkan
penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
c. Ditranol
(antralin)
d. Pengobatan
dengan penyinaran
Terapi sisnar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatsi plak yang
menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topical Ter. Efek
sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.
F. Pencegahan
Meskipun
tindakan merawat tidak akan menyembuhka psoriasi, tetapi dapat membantu
memperbaiki penampilan dan nuansa kulit rusak, langkah-langkah ini bermanfaat
untuk mencegah memperburuk penyakit psoriasis pada penderita:
a. Mandi setiap
hari
b. Gunakan
pelembab
c. Tutup daerah
yang terkena dampak dalam semalam
d. Paparkan
seminimim mungkin sinar matahari ke kulit
e. Gunakan obat
krim atau seleb
f. Hindari psoriasis jika mungkin
g. Hindari
minum alcohol
G. Komplikasi
a. Psoriasis pustulosa
Kadang-kadang
diatas macula eritematosa pada psoriasis timbul pustule-pustula kecil dengan
ukuran 1-2 mm, keadaan ini dikenal deangan psoriasis potula. Ada 2 bentuk
psoriasis postula:
b. Psoriasis
postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch)
Bentuk ini
bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan cirri
eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula
dapat timbul di atas lesi psoriasis atau kulit sehat yang mengalami eritema
sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan timbulnya bergelombang. Postula
yang timbul tersusun bekelompok atau diskret.
Kuku menebal
dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami
kelainan. Kematiaan terjadi karena toksik atau infeksi.
c. Psoriasis
postulosa lokalisata (bentuk Bareber)
Bentuk ini
bersifat kronik dan sangat resisten teradap pengobatan. Biasanya menyerang
telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi postula
diatas plak eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna kuning
kemudian berubah menjadi kuningkecoklatan dan postula mongering berwarna coklat
gelap. Akhirnya postula yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa
gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar.
d. Psoriasis
athirtis
Biasanya
mengenal sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki, pada
stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung
lama akan menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan
pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit,
jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi
yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang,
peyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi.
e. Psoriasis
eritrodermia
Psoriasis
yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang
menjadi eritodermia. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuma
putih yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topical atau
penyinaran yang berlebihan.
Biasanya
sulit diobati dan bila pengobtan berhasil maka erupsi eritodermia menghilang
dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.
H. Diagnosa
Keperawatan
a.
Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
inflamasi antara dermal epidermal sekunder akibat psoriasis.
b.
Peningktan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakit
c.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis
kepercayaan diri
d.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
sekunder akibat penyakit psoriasis.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit psoriasis merupakan salah
satu penyakit/gangguan system integument dimana kulit mengalami peradangan
kronis (sering kambuh) yang disebabkan oleh genetic, imunologik, setres psikis,
infeksi fokal, faktor endokrin. Gangguan metabolic, obat-obatan alcohol dan
merokok.
Penderita
biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi. Yakni pada
kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan
kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Skuama berlapis-lapis kasar, dan berwarna putih serta transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilim Auspitz dan Kobner.
Ada dua tipe
pengobatan pada penderita psoriasis yaitu pengobatan sistemik dan pengobtan
topical dimana pengobatan sistemik lebih banyak memberikan efek samping.
B. Saran
Kepada
mahasisiwa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disaranka dapat mengambil
pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut kea rah yang lebih buruk.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Carpenito, Lynda Juall.
(1997). Diagnosakeperawatan: bukusaku. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Ø Doengoes, Marilynn E. (1999).
Rencanaasuhankeperawatan: pedomanperencanaandanpendokumentasianperawat –
pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Ø Mansjoer, Arif. (1999). Kapitaselektakedokteran.Edisi
3.Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius.
Ø Long, Barbara C. (1999). Perawatanmedikalbedah
(suatupendekatan proses keperawatan). Bandung: YayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan.
No comments:
Post a Comment