KATA
PENGANTAR
Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa,atas segala Rahmad dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASKEP HEPATITIS”.
Kami selaku penulis menyadari penulisan
makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
oleh keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang
sifatnya senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan
partisipasi dari semua pihak oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati kami
selaku penulis makalah menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang
setinggi tingginya Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
kepada kami selaku penulis bernilai
ibadah dan mendapat imbalan serta limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha
Esa,Amin.
Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca terutamah dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta
perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.
Makale,27 April
2016
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR
........................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
ISI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan
Penulisan ...................................................................... 4
II.
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Hepatitis .............................................................. 5
B. Epidemologi
........................................................................ 6
C. Jenis
– Jenis Hepatitis ........................................................ 7
D. Manifestasi
Klinis Hepatitis ................................................ 13
E. Pencegahan
Hepatitis ......................................................... 15
F. Patofisiologi ....................................................................... 17
G. Pemeriksaan
Diagnostik ..................................................... 17
H. Penatalaksanaan ................................................................. 19
I. Komplikasi ......................................................................... 20
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 21
B. Saran ....................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan
cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin
termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah
yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung
kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun
kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas,
setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata
tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih
dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya.
Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18
juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis
dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup
agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara
khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi
enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan
pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem
pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan,
pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan
benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko
komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari
seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.
B. Rumusan
Masalah
1. Defenisi
Hepatitis
2. Epidemologi
3. Jenis
– Jenis Hepatitis
4. Manifestasi
Klinis Hepatitis
5. Pencegahan
Hepatitis
6. Patofisiologi
7. Pemeriksaan
Diagnostik
8. Penatalaksanaan
9. Komplikasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Hepatitis
Hepatitis
adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 : 93)Hepatitis adalah
infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.
Hepatitis
virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai
nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokomia serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis
adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi
lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ
hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat
mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning
sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning
disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung
empedu. (M. Sholikul Huda).
Hepatitits
adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari
beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu
penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang
menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
B. Epidemologi
Insiden
hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60% sampai 90% kasus–kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika Serikat
telah memilki antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak mengingat
kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis
C. Jenis
– Jenis Hepatitis
1. Virus
Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
a. Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering
dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari penyakit. Morbiditas dan
mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat
diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun. Sejak 1982, vaksin
efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye penurunan penyakit akan
memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik
( Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan Amazon ), bentuk penularan yang sering
adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada bayinya. Di Negara berkembang
dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute utama penularan adalah seksual
dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi risiko tinggi meliputi laki – laki
homoseksual, pengguna obat intravena, petugas perawatan kesehatan dan mereka
yang mendapat transfusi darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran
darah dengan inokulasi langsung, melalui mebran mukosa atau merusak kulit untuk
mencapai hati. Di hati, replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan
sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat untukmereka
yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam
yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus
yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati.
Mortalitas dikaitkan dengan keparahan mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer
tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2 minggu untuk kebanyakan
pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap selama beberapa dekade.
Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada saat pasien mengalami
infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan dengan hepatitis kronik
dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan asites terjadi dalam
beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan
member informasi diagnostik dan informasi tentang tingkat penularandan
kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung berhubungan dengan virus dan
antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons protein tersebut. Virus
mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung. Protein behubungan dengan
bagian antigen inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti
tidak tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat
didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi. Peningkatan titer selama
beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada tingkat yang tidak dapat
dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan tingkat penularan
relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut e
antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive
karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu penyakit klinis dan
pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan
menggunakan antigen hepatitis B untuk menstimulasi produksi antibodi dan untuk
memberikan perlindungan terhadap infeksi, keamanan, dan keefektifannya
mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah ditularkan dengan
jarum suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi perinatal dan
risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara
rutin pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak
terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang positif hanya pada HBsab.
Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin yang dapat dibedakan dari
produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
b. Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non- A,
Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang bukan hepatitis A, B atau agens
penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non- A, Non- B ditularkan melalui
parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan virus ini juga tidak
diketahui dan sekarang teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian,
tes antibodi untuk memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C
sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang per tahun di
Amerika Serikat. Hal ini diangsgap menjadi penyakit yang ditularkan hampir
selalu melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui
cara perenteral lain ( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh
pengguna obat intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain
pada petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan msselalui
kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik
saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan antibodi yang
diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki gejala klinik dari
virus hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes fungsi hati
digunakan untuk mendapat status hepatitis. Penyakit ini tidak terlalu dipahami
pada saat ini, tapi peningakatan dan biasanya ditemukan penurunan berulang
enzim hati. Dengan informasi ini dan tanda klinis lain, dipercaya bahwa
sebanyak separuh dari semua pasien mengalami infeksi hepatitis C yang
berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini telah menunjukan penyebab utama
penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan.
Saat ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca
pemajananyang diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus
mengikuti prinsip kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko penularan karena
pekerjaan. Prinsip ini didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi
adalah carrier penyakit ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan
yang tepat harus digunakan pada semua pasien.
c. Hepatitis D
Hepatitis D
adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk
bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai
antigen permukaan hepatitis B positif
Hepatitis D
dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang dan
sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada
tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai sebagai
keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif terhadap virus
darah ini ( tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan kondom pada saat
berhubungan seksual ) harus ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B
yang tidak terinfeksi hepatitis D.
2.
Virus
hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
a.
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan
melalui rute fekal – oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan
kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak
dengan keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat
berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini
baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada
orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang
terkontaminasi, hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di Negara dengan
penanganan yang buruk. Petugas penyiapan makanan yang terinfeksi mempunyai
potensi penularan penyakit pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan
dengan baik.
Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM
yang menunjukan infeksi akut atau yang baru terjadi.atau IgG yang menunjukan
infeksi yang sudah sembuh.
b.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui
kontaminasi makanan dan air melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini,
infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non- B. Diagnosa dibuat dengan
menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang paling mungkin dari
sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibodi untuk
hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat terfasilitasi
Hepatitis
E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi berhubungan dengan epidemic
dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika
Serikat, hepatitis E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah
melakukan perjalanan keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi
serologic negative untuk virus hepatitis lain.
D. Manifestasi Klinis Hepatitis
Semua
hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan
saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya
secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah
penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual
dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti
teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu bulan.
Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan
penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E
belum dapat di ketahui sevara pasti
bagaimana perjalanan penyakitnya.
Sebagian
besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil
(kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita
hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya
mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati.
Gambaran
klinis hepatitis virus dapat berkisar
dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian.
Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
1.
Stadium prodromal,
Disebut
periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien
mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus
karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai,
stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :
·
Malese umum
·
Anoreksia
·
Sakit kepala
·
Rasa malas
·
Rasa lelah
·
Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
·
Mialgia (nyeri otot)
2.
Stadium ikterus.
Dapat berlangsung
2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini ditandai oleh
timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
·
Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium
prodromal
·
Pembesaran dan nyeri hati
·
Splenomegali
·
Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit
3.
Stadium pemulihan.
Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
·
Gejala-gejala mereda termasuk ikterus
·
Nafsu makan pulih
·
Apabila tedapat
splenomegali, akan segera mengecil
E. Pencegahan
Penyakit Hepatitis
Pencegahan
terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah
hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin
hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak
diselidiki baik mengenai perjalanan
penyakitnya maupun komplikasinya.
Saat ini di
seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak
menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc
tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga
kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar
tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua
vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal
Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin
hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada
orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang
di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali sebanyak dua
kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri
5 bulan kemudian.
Untuk
memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya
bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu
4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada
pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini
mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di
vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi
setelah berumur sebulan.
Secara
keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung
tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati
memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan
terkontaminasi dan pembersihan alat-alat
dan permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium
harus diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga
menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien, keluarga, dan lainnya.
F. Patofisiologi
Virus hepatitis
yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan
pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi
pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak
dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai
urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya
sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam
2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian.
Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada
fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan
resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
G. Pemeriksaan
Diagnostik
Ø Tes fungsi hati : abnormal (4-10
kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis
virus dengan nonvirus
Ø AST(SGOT atau
ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu sebelum
ikterik kemudian tampak menurun.
Ø Darah lengkap :
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati atau
mengakibatkan perdarahan).
Ø Leucopenia :
trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
Ø Diferensial
darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
Ø Alkali
fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
Ø Fesses : warna tanak liat, steatorea
(penurunan fungsi hati).
Ø Albumin serum : menurun.
Ø Gula darah : hiperglikemia
transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati).
Ø Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A.
Ø HBSAG : dapat positif (tipe B) atau
negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic sebelum terjadi gejala kinik.
Ø Massa
protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).
Ø Bilirubin serum
: diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
Ø Tes eksresi BSP
: kadar darah meningkat.Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
Ø Scan hati :
membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
Ø Urinalisa : peninggian kadar
bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
H. Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan
mencangkup :
·
Istirahat
sesuai keperluan
·
Pendidikan
mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
·
Pendidikan mengenai cara penularan
kepada mitra seksual dan anggota keluarga
·
Keluarga dan pasien hepatitis
ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang spesifik terhadap HAV atau
HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi. Imunitas ini bersifet sementara
·
Baru-baru
ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat
dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini
96% efektif setelah pemberian satu dosis.
·
Tersedia
vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-orang
yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk
divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum
homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual, pecandu oabat bius,
dan bayi.
·
Vaksinasi
terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA rekombinaan
sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis pertama
dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan
I. Komplikasi
Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang
terjadi apabila individu terus memperlihatkan gejala dan antigen virus
menetapkan lebih dari 6 bulan. Gambaran klinis hepatitis aktif kronik atau
fulminan mungkin mencengkup gambaran kegagalan hati diatas, dengan kematian
timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan persoalan
kesehatan masyarakat yang perlu segera ditanggulangi, mengingat prevalensi yang
tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis. Penularan hepatitis terjadi
melalui kontak dengan darah / produk darah, saliva, semen, alat-alat yang
tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan secara tidak sengaja. Penularan
secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam
keluarga atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di masyarakat
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup
bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan kontak dengan darah dan material
penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan
dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan
meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan
pasif.
Setelah
hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif
atau kronik aktif dimana terjadi kerusaklaan hati seperti digerogoti ( piece
meal ) dan berkembang sirosis. Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik
persisten dengan biopsy hati. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat
perluasan cedera hati, namun prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadid
alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik
aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV; sedangkan
troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil ( sekitar 1 – 3 %). Sebaiknya
hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Tidak
semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut.
Obat-obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis kelainan ini termasuk
alfametildopa ( aldomet, isoniazid, sulfonamide dan aspirin).
B. Saran
Untuk
menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis ini,
tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca dan mengetahui
cara penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita
kerjakan supaya terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan
terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya
steril. Yang praktis adalah penggunakan jarum baru atau disposibel ( sekali
pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan vaksinasi, vaksin
merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita dapat
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat anti ( antibody)
terhadap antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan
secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati.
No comments:
Post a Comment