KATA
PENGANTAR
Tiada
kata lain untuk menyampaikan terima kasih kepada Yang Maha Pengasih selain ucapan syukur atas segala karunia dan
kasih sayangNya sehingga penyusunan makalah ini bisa selesai dengan baik.
Adapun
pembuatan makalah ini disusun dari beberapa buku serta beberapa tambahan materi
dari internet dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Banyak sekali masalah
dan hambatan yang ditemui saat menyusun makalah ini, untunglah beberapa teman
sejawat melibatkan diri secara aktif dan bekerja keras untuk bisa menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini, secara khusus temen-temen yang setia mendampingi dengan setia
dalam memberi semangat, kiranya Tuhan berkenan mencurahkan berkatNya bagi
mereka.
Kami
menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnana makalah ini akan penulis terima dengan
senang hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Makale,
11 Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR
ISI ......................................................................................... ii
ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan
.................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Defenisi
............................................................................... 2
B. Etiologi
................................................................................ 2
C. Klasifikasi
............................................................................ 3
D. Epidemologi
........................................................................ 4
E. Manifestasi
Klinis ................................................................ 4
F. Patofisiologi
........................................................................ 5
G. Pemeriksaan
Penunjang ....................................................... 7
H. Pengobatan
.......................................................................... 7
I. Asuhan
Keperawatan .......................................................... 8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................... 14
B. Saran
.................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
sejarahnya urtikaria dikenal pertama kali oleh pengamat- pengamat dibidang
medis seperti Hipocrates,Plimy,dan Celcius.Terminologi urtikaria pertama kali
dipergunakan secara luas pada abad 18 Masehi.
Urtikaria
dikenal juga sebagai penyakit kulit dan
bintul-bintul kemerahan sebagai akibat proses alergi .Bentuk kelaianan
klinisnya amat bervariasi dengan ukuran beberpa milimeter hingga berdiameter,
beberapa sentimeter. Lesi ini bisa bersifat terlokalisir seperti pada urtikaria
fisik, meluas, atau menggabung menjadi satu membentuk giant urtikaria. Serangan
urtikaria bisa terus menerus atau munculnya kadang-kadang saja. Biasanya
berlangsung sekitar 30 menit ( misalnya pada urtikaria fisik ), hingga beberapa
hari pada urtikaria vaskulitis. Namun jarang sekali progresif menjadi reaksi
anafilarksis.
Secara
umum keluhan pasien urtikaria hanya merasakan gatal, tetapi pada episode
serangan urtikaria yang berat dapat mengeluh badan terasa lelah, gangguan
pencernaan dan menggigil. Angiodema merupakan spectrum urtikaria yang terjadi
pada lapisan kulit yang lebih dalam, lebih sering terasa nyeri dibandingkan
gatal dengan waktu penyembuhan yang relatif lebih lama.
B. Tujuan
1. Mengetahui
dan mengerti tentang pengertian dari urtikaria.
2. Mengetahui
jenis-jenis urtikaria.
3. Mengetahui
etiologi, proses perjalanan penyakit urtikaria.
4. Mengetahui
pengobatan dari urtikaria.
5. Menyusun
rencana keperawatan dengan mengetahui masalah-masalah atau diagnosa keperawatan
yang diteruskan pada klien dengan penyakit
urtikaria
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Urtikaria
Urtikaria atau lebih di kenal dengan biduran adalah suatu
gejala penyakit berupa gatal-gatal pada kulit di sertai bercak-bercak menonjol
( edema ) yang biasanya disebabkan oleh alergi ( www.urtikaria.com )
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok
kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan
kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham,
brown. 2205 ).
Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya
urtikaria atau edema setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan
kulit yang di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000 )
B. Etiologi Urtikaria
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh alergi, baik alergi
makanan, obat-obatan, dll.
·
Jenis
makanan yang dapat menyebabakan alergi misalnya: telur, ikan, kerang, coklat,
jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dll.
·
Jenis
obat-obatan yang menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin, bronide,
serum, vaksin, dan opium.
·
Bahan-bahan
protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur, debu dari bulu
burung, debu rumah dan ketombe binatang.
·
Pengaruh
cuaca yang terlalu dingin atau panas,sinar matahari,tekanan atau air.
·
Lingkungan.
Terpapar dengan debu rumah, jamur, perubahan temperatur, serbuk sari bunga,
dll.
·
Stress.
Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress
emosional dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang
meningkat kemungkinan terjadi urtikaria.
·
Penyakit
sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa
penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma,
hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.
·
Gigitan
serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk, lebah
dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat
gigitan, biasanya sembuh sendiri
C. Klasifikasi
Urtikaria
1. Urtikaria Akut
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau
beberapa hari. yang sering terjadi penyebabnya adalah:
1. adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
2. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan,
kerangan-kerangan dan strouberi.
3.
akibat
memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2.
Urtikaria
Kronis
Biasanya
berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk
urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3.
Urtikaria Pigmentosa
Yaitu
suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara,
kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4.
Urtikaria Sistemik
Adalah
suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa
urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna
kemerahan.Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1.
heat
rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
2.
urtikaria
idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh
rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan
rangsangan tekanan
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh
alergi
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh
rangsangan air
7.
solar
urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari
8.
vaskulitik
urtikaria
9.
cholirgening
urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress
D. Epidemologi
Urtikaria sering dijumpai pada semua
umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia
muda. Tidak ada perbedaan frekuensi jenis kelamin, baik laki-laki maupun
perempuan.
E. Manifestasi Klinis
a.
Timbulnya
bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
b.
Sering
disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan
tersebut.
c.
terjadi
angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar
mata, bibir dan di dalam orofaring.
d.
adanya
pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara
keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan
e.
Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam,
tetapi dapat timbul lesi baru.
f.
Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear,
pada urtikaria solar lesi terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada
urtikaria dingin dan panas lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin
atau panas. Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3
milimeter dikelilingi daerah warna merah dan terdapat di daerah yang
berkeringat. Secara klinis urtikaria kadang-kadang disertai angioedema yaitu
pembengkakan difus yang tidak gatal dan tidak pitting dengan predileksi di
muka, daerah periorbita dan perioral, kadang-kadang di genitalia. Kadang-kadang
pembengkakan dapat juga terjadi di faring atau laring sehingga dapat mengancam
jiwa.
F. Patofisiologi
Pada gangguan urtikaria menunjukkan adanya dilatasi
pembuluh darah dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit
infiltrasi sel perivaskular, di antaranya yang paling dominan adalah eosinofil.
Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamin, akibat
degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan juga leukotrien dapat berperan.
Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di
bawah kulit sehingga kulit berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel, terutama
eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan pembengkakan kulit
lokal. Cairan serta sel yang keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit
sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.
Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh
darah jaringan subkutan, biasanya jaringan subkutan longgar, maka edema yang
terjadi tidak berbatas tegas dan tidak gatal karena jaringan subkutan
mengandung sedikit ujung saraf perifer, dinamakan angioedema. Daerah yang
terkena biasanya muka (periorbita dan perioral).
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui mekanisme imun atau nonimun.
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui mekanisme imun atau nonimun.
Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme
imun bila terdapat antigen (alergen) dengan pembentukan antibodi atau sel yang
tersensitisasi. Degranulasi sel mast melalui mekanisme imun dapat melalui
reaksi hipersensitivitas tipe I atau melalui aktivasi komplemen jalur klasik.
Faktor infeksi pada tubuh diantaranya infeksi viru
(demam, batuk dan pilek) merupakan faktor pemicu pada urtikaria yang paling
sering terjadi namun sering diabaikan
Beberapa macam obat, makanan, atau zat kimia dapat
langsung menginduksi degranulasi sel mast. Zat ini dinamakan liberator histamin,
contohnya kodein, morfin, polimiksin, zat kimia, tiamin, buah murbei, tomat,
dan lain-lain. Masih belum jelas mengapa zat tersebut hanya merangsang
degranulasi sel mast pada sebagian orang saja, tidak pada semua orang.
Faktor fisik seperti cahaya (urtikaria solar),
dingin (urtikaria dingin), gesekan atau tekanan (dermografisme), panas
(urtikaria panas), dan getaran (vibrasi) dapat langsung menginduksi degranulasi
sel mast.
Latihan jasmani (exercise) pada seseorang dapat pula
menimbulkan urtikaria yang dinamakan juga urtikaria kolinergik. Bentuknya khas,
kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm dan sekitarnya berwarna merah, terdapat di
tempat yang berkeringat. Diperkirakan yang memegang peranan adalah asetilkolin
yang terbentuk, yang bersifat langsung dapat menginduksi degranulasi sel mast.
Faktor psikis atau stres pada seseorang dapat juga
menimbulkan urtikaria. Bagaimana mekanismenya belum jelas.
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan
penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab urtikaria
·
Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin
untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat
dalam
·
Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan
kadar IgE, eosinofil dan komplemen.
·
Test kulit, walaupun terbatas kegunaannya
dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat
dipergunakan untuk mencari alergen.
·
Tes eliminasi makanan dengan cara
menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya
kembali satu per satu.
H. Pengobatan
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya
akut tidak perlu adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap
ini gejalanya tidak berlansung lama dan bisa sembuh sendiri.
Tetapi pada urtikaria kronik bisa di lakukan pengobatan
dengan menggunakan anthihistamin. Obat ini merupakan pilihan utama adalah
penanganan urtikaria.
Ada beberapa tindakan yang harus di lakukan dalam
penangnan urtikaria adalah :
·
mencari
dan menghindari bahan atau keadaan yang menyebabkan urtikaria
·
Membuat
catatan. Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa yang kita makan.
Hal ini akan membantu anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria
·
untuk
menghilangkan rasa gatal dapat di oleskan sedikit tepung soda bakar yang sudah
di campur dengan air atau 1/10 larutan menthol dalam alkohol.
Cara
terbaik untuk mencegah kambuhnya biduran adalah dengan menghindari paparan
alergen. Untuk itu, langkah pertama adalah mengenali bahan atau hal apa saja
yang dapat memicu biduran, kemudian menghindarinya selamanya. Masalahnya, pada
beberapa orang sering kali biang alergen sulit diketahui. Selain itu, ada
beberapa jenis alergen yang memang sulit dihindari, misalnya hawa dingin. Untuk
kasus seperti ini, sebaiknya selalu membawa obat antialergi sebagai antisipasi
jika biduran menyerang.
I. Asuhan
Keperawaran
1. Pengkajian
Melalui pengkajian pasien dengan alergi, diperlukan data dasar
yang lengkap. Termasuk riwayat pasien yang lengkap, pemeriksaan fisik,
diagnostik test dan skin test terhadap allergen.
a. RIWAYAT KESEHATAN :
Riwayat kesehatan yang
menyeluruh yang mencakup keluarga yang mengalami alergi, alergi pada masa lu
dan saat ini,, faktor sosial dan lingkungan. Informasi dapat
diperoleh dari pasien atau pada tempat pelayanan kesehatan.
Riwayat keluarga,
termasuk informasi tentang reaksi atopik yang berhubungan, terutama penting
mengidentifikasi faktor risiko pada pasien. Gangguan tertentu, manifestasi
klinik, dan penanganannya harus dikaji.
Riwayat alergi pada masa
lalu dan saat ini harus dicatat. Mengidentifikasi alergen yang mungkin dapat
memicu reaksi adalah penting untuk mengontrol reaksi alergi. Menentukan waktu
untuk beberapa tahun yang lalu tentang alergi yang diderita pada masa lalu
dapat membantu menentukan jenis alergen. Informasi juga dapat diperoleh dengan
menanyakan obat yang pernah digunakan untuk pengobatan alergi.
Juga diperlukan
manifestasi klinik akibat reaksi alergi, misalnya jika pasien wanita kaji
gejala selama hamil, menstruasi, atau menopause. Faktor sosial dan
lingkungan terutama lingkungan fisik. Pertanyaan yang berhubungan dengan
binatang kesayangan, pepohonan, dan tanaman; polusi udara dalam rumah atau
ditempat pekerjaan dapat memberikan informasi yang bernilai tentang jenis
alergen. Juga makanan, dan obat-obatan. Dan akhirnya pertanyaan yang berhubungan
dengan pola hidup dan tingkat stres dapat dipandang berhubungan dengan
timbulnya gejala alergi
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan secara
menyeluruh head-to-toe pada pasien alergi, terutama berikan perhatian pada
lokasi manifestasi alergi. Pengkajian menyeluruh
meliputi data subjektif dan objektif, misalnya masaslah gangguan pernafasan
yang berulang-ulang : batuk, sesak nafas, sputum kental, stridor, wheezing,
reaksi pengobatan, intoleransi makanan , muntah, diare, gatal, kemerahan pada
kulit, adanya papula/vesikel/bulla, iritasi. Konjuntivitis, lakrimasi,
pendengaran berkurang, infeksi telinga yang berulang, suara hidung, rhinitis,
pilek, dan lain-lain.
c. DIAGNOSTIK TEST
Deteksi ketidaknormalan
dari limfosit, eosinofil, dan imunoglobulin. Juga pemeriksaan darahlengkap dan
test serologis. Jumlah eosinofil meningkat pada Tipe I termasuk IgE, test allergen, Pada asthma misalnya test kapasitas vital paru, volume pernafasan.
Test kulit : biasanya
dilakukan terutama sensitiftas pasien dengan penyakit atopik.
2. Diagnosa
Keperawatan
·
Kerusakan Integritas Kulit b.d hiperemesis pada
kulit
·
Gangguan perfusi jaringan b.d penekana pada
pembuluh darah
·
Gangguan pola istirahat tidur b.d stimulus dari
pruritas
·
Gangguan citra tubuh b.d gangguan fungsi estetika
dari kulit
·
Kecemasan b.d koping individu tidak adekuat
3. Intervensi
dan Rasional
Ø NDX : Gangguan
perfusi jaringan b.d penekana pada pembuluh darah
Tujuan:Klien akan
menunjukkan atau mempertahankan perfusi jaringan secara adekuat.
Intervensi:
Monitor
dan catat pernafasan klien
Ò
:Kegagalan pompa jantung atau teknan pada pembuluh
darah dapat menyebabkan hipoksia sehingga pasien bisa mengalami sesak napas.
Kaji
fungsi gastrointestinal
Ò
:Penurunan alirandarah ke pencernaan dapat mengakibatkan disfungsi saluran cerna.
Observasi
adanya perubahan tiba2 seperti cemas ,bingung, dan kesadarn menurun
Ò
:Perfusi jaringan otot berhubungan lansung dengan
cardiak output
Observasi
kemungkinan adanya sianosis,pucat dan kulit dingin
Ò
:Vasokontriksi sistemik timbul akibat penurunan suplai
oksigen kejaringan
Motivasi
latihan aktif/pasif klien
Ò
:Akan mengurangi statis vena dan menurunkan
tromboflebitis
Ø NDX:Gangguan
pola istirahat tidur b.d stimulus dari pruritas
Tujuan:kebutuhan
istirahat klien dapat terpenuhi
Intervensi:
Kaji
pola tidur klien
Ò Mengetahui kecukupan istirahat tidur klien
Ciptakan
lingkungan yang nyaman dan tentram
Ò Lingkungan yang nyaman dan tentram dapat
memberikan kesempatan kepada klien untuk beristirahat
Jelaskan
kepada klien penyebab dari nyeri dan
anjurkan untuk mengambil posisi yang nyaman dan menyenangkan
Ò Klien dapat mengetahui penyebab dari nyeri
sehingga kooperatif dalam perawatan
Anjurkan
klien untuk tidur dan istirahat
Ò Memenuhi kebutuhan tidur klien dan istirahast klien
Ø NDX:Gangguan
citra tubuh b.d gangguan fungsi estetika dari kulit
Tujuan:Klien tidak merasa rendah diri
Intervensi:
Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit
Ò
Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi
rasa takut/ kesalahan konsep
Kaji persepsi
pasien mengenai bagaimana orng terdekat menerima keterbatsanya.
Ò
Syarat verbal & non verbal orang terdekat
dapat mempunyai pengaruh pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
Perhatikan
perilaku menarik diri menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh atau
perubahan
Ò
Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaktif ,membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis
Ikut sertakan
pasien dalam merencanakan perawatan atau membuat jadwal aktifitas
Ò
Meningkatkan perasaan kompetensi atau harga
diri mendorong kemandirian dan mendorong partisipasi dalam terapi.
Bantu dengan
kebutuhanperawatan yang diperlukan.
Ò
Memungkinkan pasien untuk merasa senang
terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa
percaya diri.
Ø NGX:Kecemasan
b.d koping individu tidak adekuat
Tujuan: klien dapat
mengenal perasaannya dan mengidentifikasi penyebab dab faktor menunjang
Intervensi:
Kaji tingkat
kecemasan klien
Ò
Merupakan indicator yang mempengaruhi proses
penyembuhan klien
Observasi tanda
verbal dan tanda non verbal
Ò
Perkataan dan perbuatan klien dapat menunjukkan
perasaan kecemasannya
Beri kesempatan
kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Ò
Klien akan merasa legah dan dapat mengungkapkan
percaya diri klien karena merasa diperhatikan
Jelaskan
kepada klien tenteng proses penyakitnya
Ò
Klien mengerti dan tahu akan penyakitnya sehingga
mengurangi kecemasan klien
Jelaskan kepada
klien tentang prosedur dan peralatan yang digunakan selama perwatan
Ò
KLien dapat mengerti dan tahu sehingga dapat diajak
bekerja sama.
Pertahankan kontak
mata dengan klien secara konsisten dan beri dorongan spiritual
Ò
Dengan komunikasi yang baik klien akan merasa
betah,diterima,diperhatikan sehingga klien merasa tenang dan aman.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi Urtikaria ialah reaksi di kulit
akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat
yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan,
yang biasa disebabkan oleh alergi misalnya makanan, suhu, dll. Cara terbaik untuk
mencegah kambuhnya biduran adalah dengan menghindari paparan alergen. Untuk
itu, langkah pertama adalah mengenali bahan atau hal apa saja yang dapat memicu
biduran, kemudian menghindarinya selamanya. Masalahnya, pada beberapa orang
sering kali bilang alergen sulit diketahui. Selain itu, ada beberapa jenis
alergen yang memang sulit dihindari, misalnya hawa dingin. Untuk kasus seperti
ini, sebaiknya selalu membawa obat antialergi sebagai antisipasi jika biduran
menyerang.
B. Saran
Dalam
makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
.
Subhan. 2006. ASKEP: Pasien dengan urtikaria. Surabaya: UNAIR Press.
Syaifuddin. 2006. Anatomi
Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi
Fisiologi. Jakarta: EGC.
www.eMedicine
.com- Nasal Polyps Article by John E McClay GOOD.htm/, (Online) (diakses
26 Maret 2012).
No comments:
Post a Comment