Friday, March 10, 2017

MAKALAH CA CAVUM NASI



KATA PENGANTAR
      Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas segala Rahmad dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASKEP CA CAVUM NASI”
      Kami selaku penulis menyadari penulisan makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
       Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari semua pihak oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati kami selaku penulis makalah menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada kami selaku penulis  bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.
      Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca terutamah dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.

Makale, 11Maret 2017

Penulis



DAFTAR ISI
KATA  PENGANTAR  ...........................................................................                   i
DAFTAR ISI  ............................................................................................                  ii
ISI
I.            PENDAHULUAN 
A.    Latar belakang  ..........................................................................                  1
B.     Tujuan Penulisan  ......................................................................                  1
II.                PEMBAHASAN
A.    Defenisi   .............................................................................                  2
B.     Etiologi  ...............................................................................                  2
C.     Patofisiologi  .......................................................................                  2
D.    Manifestasi Klinis  ..............................................................                  3
E.     Komplikasi  .........................................................................                  4
F.      Penatalaksanaan  .................................................................                  5
III.             PENUTUP
A.    Kesimpulan  .............................................................................                  7
B.     Saran  .......................................................................................                  7

DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
CA Cavum Nasi adalah kanker yang menyerang rongga hidung.Tumor ganas hidung dan tumor ganas sinus paranosalis tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi.
Benda asing (asap rokok, nikotin, debu kayu, nikel, krom dll) masuk kedalam rongga hidung terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan terbentuknya massa, perubahan struktur dan mukosa hidung sehingga menimbulkan obstruksi rongga hidung yang dapat mengenai septum nasi (devormitas kavum, septum nasi, trauma kavum/septum nasi, hamatom septum dan perforasi septum) atau pertumbuhan baru seperti polip hidung, papiloma, inversi dan tumor beligna/maligna).

B.     Tujuan
Untuk mengetahui Defenisi, Etiologi, Patofisiologi, dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Cavum Nasi.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Defenisi
CA Cavum Nasi adalah kanker yang menyerang rongga hidung.Tumor ganas hidung dan tumor ganas sinus paranosalis tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi.

B.     Etiologi
Penyebab dari ca cavum nasi belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa kemungkinan besar, diantaranya adalah:
1.      Perokok berat, fistula oroantal, rhinitis atrofi, pecandu alkolhol.
2.      Infeksi kronik hidung dan sinus paranosal.
3.      Kontak dengan debu kayu pada pekerja mebel (faktor iritasi kronis dari debu dan kayu).
4.      Kontak dengan bahan industri, seperti nikel, krom, isopropanolol.
5.      Thorium dioksida yang dipakai sebagai cairan kontras pada pemeriksaan rontgen.
6.      Sinositis maksila kronis.

C.     Patofisiologi
Benda asing (asap rokok, nikotin, debu kayu, nikel, krom dll) masuk kedalam rongga hidung terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan terbentuknya massa, perubahan struktur dan mukosa hidung sehingga menimbulkan obstruksi rongga hidung yang dapat mengenai septum nasi (devormitas kavum, septum nasi, trauma kavum/septum nasi, hamatom septum dan perforasi septum) atau pertumbuhan baru seperti polip hidung, papiloma, inversi dan tumor beligna/maligna). Sebagai tambahan, berbagai sebab lain menyebabkan obstruksi saluran pernafasan hidung (hipertrofi adenoid, benda asing, atresia, koana, jaringan parut intra nasal, dan kolaps). Massa adalah kavum nasi ini menyebabkan edema pada mukosa hidung akibat gangguan aliran limfe dan vena serta membentuk masa polipoid pada cavum nasi. Tumor ini menginvasi kearah atas sampai kedalam fosa kranialis dan kearah lateral sampai ke dalam orbita.

D.     Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ca Cavum nasi, tergantung pada tempat asal tumor dan arah serta luas penyebarannya.
1.      Tumor sinus maksila dan meluas ke medial.
Tanda dan gejalanya:
Ø Hidung tersumbat
Ø Rinorea unilateral yang menetap dan berbau.
Ø Epistaksis
2.      Tumor sinus etmoid dan lamina kribiformis.
Tanda dan gejalanya:
Ø  Hidung tersumbat
Ø  Anomsia
Ø  Beringus
Ø  Nyeri didaerah frontal
3.      Tumor dasar antrum dan meluas ke arah bawah.
Tanda dan gejalanya:
Ø  Gigi yang goyah
Ø  Gangguan oklusif
Ø  Nyeri pada gigi molar
Ø  Pembengkakan dan laserasi didaerah palatum.
4.      Tumor meluas kedaerah orbita dan duktus nasolakrimalis.
Tanda dan gejalanya:
Ø Diplopia
Ø Proptosis
Ø  Tersumbatnya saluran air mata
Ø  Mata tampak membengkak
Ø Teraba musa dan orbita
Ø Mata tampak menonjol.
5.      Tumor meluas ke anterior.
Tanda dan gejalanya: Pembesaran pipi satu sisi (asimetris)
6.      Stadium lanjut N. Alveolaris superior.
Tanda dan gejalanya : Rasa baal pada gigi dan gusi rahang atas.
7.      Tumor meluas dan menginvasi ke nasofaring
Tanda dan gejalanya  : Tuli konduktif akibat gangguan tuba bustachius.
8.      Perluasan lain yang dapat mengenai saraf.
Tanda dan gejalanya:
Ø  Tuli saraf
Ø  Tidak mampu membuka mulut
Ø  Paresis fasialis
Ø  Hemiplegia
Ø  Hiperparestesia
Ø  Nyeri kepala berat
Ø  Perubahan posisi mata.

E.     Komplikasi
1.      Sinusitis frontal: Ca yang telah menyumbat duktus frontonasal sehingga dapat menyebabkan sinusitis frontal.
2.      Meningitis: Ca yang mengenai selaput otak sehingga menimbulkan serangan berulang meningitis.



F.      Penatalaksanaan
Yang terpenting dalam penatalaksanaan tumor menurut Nurbaiti (Iskandar dkk (1989) adalah:
1.      Menegakkan diagnosa dengan biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
2.      Menentukan batas-batas tumor dengan pemeriksaan radiologis.
3.      Merencanakan terapi yang dibuat berdasarkan diagnosis histopatologi dan stadium tumor.
Kebanyakan pakar berpendapat bahwa satu macam cara pengobatan saja hasilnya buruk, sehingga mereka menganjurkan cara terapi kombinasi antara operasi, radioterapi dan kemoterapi. Di bagian THT FKUI/RSCM pengobatan tumor ganas hidung dan sinus paranasal adalah kombinasi operasi dan radiasi, kecuali untuk pasien yang sudah “Inoperable” atau menolak tindakan operasi. Untuk pasien ini diberikan radioterapi sesudah dibuatkan antrostomi.
Radioterapi dapat dilakukan sebelum/sesudah operasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. 
Untuk tumor yang sangat besar, radioterapi dilakukan lebih dulu untuk mengecilkan tumornya dan mengurangi pembuluh darah sehingga operasi akan lebih mudah. Tetapi bila telah dilakukan radiasi dulu sesudah selesai, banyak pasien yang kemudian tidak kembali untuk operasi karena merasa tumornya sudah mengecil. Atau ada yang tidak mau operasi karena efek samping radioterapi yang berkepanjangan. Sekarang lebih disukai radiasi pasca operasi karena sekaligus dimaksudkan untuk memberantas mikro metastasis yang terjadi atau bila masih ada bisa tumor yang tidak terangkut pada waktu operasi. Luas operasi tergantung pada sampai dimana batas tumornya. Bila tumor disinus maksila dan infrastruktur dilakukan maksilektomi radikal, yaitu mengangkat seluruh isi rongga sinus maksila, ginggivo-alveolaris dan palatum clurum. Bila tumor sudah meluas ke nasofaring dan fosa plerigo palatina dianggap sudah “Inoperable” dan hanya diberikan penyinaran saja.
Untuk penanganan tumor ganas hidung dan sinus diperlukan kerjasama yang baik antar berbagai disiplin ilmu yaitu ahli bedah THT, ahli radiologi, ahli bedah mata, ahli bedah saraf, ahli bedah plastik dan dokter gigi.
Menurut R. Pracy dkk (1989), Radioterapi merupakan pilihan pertama untuk mengobati penderita. Pasien harus diperiksa ulang setiap bulan bila ada tanda kekambuhan segera dilakukan eksisi dinding lateral hidung melalui rinotomi lateral.
Pilihan pengobatan yang kedua adlah dengan cara operasi pada saat radioterapi banyak secret dan pengelupasan jaringan dalam ruang antrum, oleh karena itu penting sekali membuat jalan untuk drainase sebelum radioterapi mulai dilakukan. Dua bulan kemudian baru dilakukan operasi pada tepi alveolar cavum nasi yang terdapat Ca dan dinding medial antrum dibuang sehingga terbentuk suatu rongga besar. Maksud operasi ini adalah membuang sebanyak mungkin sisa tumor dan mempermudah melihat dengan jelas kedalam rongga hidung.
Penderita dilakukan pemeriksaan ulang setiap bulan selama 2 tahun pertama, kemudian tiap 3 bulan sekali. Bila perlu dapat dilakukan maksilektomi total bial terdapat pembesaran pada kelenjar leher maka harus dilakukan diseksi leher radikal.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tumor hidung adalah pertumbuhan kearah ganas yang mengenai hidung dan lesi yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulum nasi Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel sel  ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya,baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak  teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang  mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
B.     Saran
Setelah Membaca Makalah ini pembacah di harapkan mampu mengerti tentang bagaimana cara penanganan dari penyakit Ca Cavum nasi ini, dan juga di harapkan mampu mengetahui bagaimana cara menghindari penyakit ini.









DAFTAR PUSTAKA

Ø  Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosakeperawatan: bukusaku. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Ø  Cody, D. Thane R. (1991).Penyakittelinga, hidungdantenggorokan. Jakarta: EGC.
Ø  Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencanaasuhankeperawatan: pedomanperencanaandanpendokumentasianperawat – pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Ø  Iskandar, Nurbaiti, dkk. (1989). Tumor: telinga hidung  tenggorok diagnose dan penatalaksanaan. Jakarta:FKUI.
Ø  Mansjoer, Arif. (1999). Kapitaselektakedokteran.Edisi 3.Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius.
Ø  Long, Barbara C. (1999). Perawatanmedikalbedah (suatupendekatan proses keperawatan). Bandung: YayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan.
Ø  R. Pracy, dkk. (1989). Pelajaranringkastelinga, hidungdantenggorok. Jakarta: PT Gramedia.



1 comment:

  1. Playtech secures full partnership with Live Casino and BetMGM
    Playtech, 고양 출장마사지 the online gaming and gaming division of Playtech, has 인천광역 출장샵 entered into 논산 출장안마 a definitive agreement 대구광역 출장샵 with the online gaming and 정읍 출장샵 gaming industry (

    ReplyDelete